Assalamualaikum
Warrahmatullahi Wabarakatuh
Teman-teman kaum muslimin dan muslimah yang dirahmati oleh Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Pada kesempatan kali ini, saya akan menceritakan sedikit pengalaman
seseorang yang telah menjalankan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah.
Seperti
yang kita ketahui, menunaikan ibadah haji adalah suatu kewajiban bagi setiap
orang yang beriman kepada Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang
artinya:
“Mengerjakan ibadah haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.”
(QS. Ali Imran [3]: 97).
Adapula
dinyatakan dalam hadits Nabi Muhammad Salallahu Alihi Wassalam, yang
diriwayatkan dari Ibnu Umar:
“Saya
mendengar Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam, bersabda: “Islam didirikan atas lima sendi yaitu mengakui bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah, dan bahwa Muhammad utusan Allah, mengerjakan salat,
mengeluarkan zakat, mengunjungi Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).
Alquran,
Assunnah, dan ijma’ para ulama menetapkan bahwa haji merupakan fardhu ‘ain bagi muslimin dan muslimah
yang sanggup mengerjakannya. Maka, apabila kita sudah berkecukupan serta mampu
melaksanakan Haji baik dari segi finansial, jasmani dan rohani. Sudah sepantasnya
kita mengutamakan untuk menunaikan ibadah Haji. Bagi yang masih
mengusahakannya, semoga diberi kemudahan oleh Allah. Amin Ya Rabbal Alamin.
Seperti
yang sudah saya janjikan di awal, saya akan menyampaikan sedikit pengalaman
dari seorang jamaah yang sudah menunaikan ibadah Haji. Beliau bernama H. Mahmud
H. M Yusuf. Bertempat tinggal di Jl. Raya Wajok Hulu, gang Parit Brahima. Beliau diberi kesempatan oleh Allah melaksanakan ibadah Haji pada
tahun 2012.
Saat
ditanya, bagaimana kesan dan perasaan beliau ketika melaksanakan ibadah haji? Beliau
mengaku sangat senang. Terlebih saat melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah,
melempar jumrah dan prosesi ibadah haji lainnya. “Sukelah sampai sana’ sampai
gak cite-cite Datok, niat Datok. Alhamdulillah tadak saket, selalu sehat dan
bise dapat (melaksanakan kegiatan) semuanye di sana’.” Ucapnya. Beliau juga merasa
terharu dan sangat senang tatkaka dapat melihat Ka’bah dari dekat.
Secara
finansial (keuangan), beliau dapat melaksanakan ibadah Haji ini karena mendapat
hasil dari menjuat tanah warisan orangtuanya. Tidak hanya beliau, tetapi
saudara saudari beliau pun dapat ikut bersama pergi ke Tanah Suci. Selain itu,
keluarga yang ditinggalkan pun tidak berkekurangan dan semuanya dapat tercukupi
untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Sebelum
waktu keberangkatan Pak H. Mahmud melaksanakan ibadah Haji, beliau telah
melakukan berbagai pelatihan manasik Haji di Masjid Nikmatullah, Mempawah. Selain
itu, beliau juga belajar dan membaca buku-buku yang berkaitan tentang
pelaksanaan ibadah haji. Dimana buku tersebut memang telah disediakan oleh
Kemenag RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Sebenarnya beliau
masih belum terlalu memahami tentang prosesi pelaksanaan ibadah haji tersebut. Sebab
kondisi beliau yang mendadak dalam berangkat dan melaksanakan haji. Setahun lebih
setelah mengajukan Pak H. Mahmud sudah dipanggil untuk mengikuti pelaksanaan
tersebut. Sehingga tidak terlalu banyak persiapan.
Sebab,
takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pak H. Mahmud pun melakukan ihram haji ketika tiba di bandara Airport King Abdul
Aziz (KAAIA) Jeddah. Akan tetapi, sebenarnya sebelum pesawat mendarat beliau
beserta rombongan memang sudah disuruh untuk melakkukan ihran niat haji. Beliau
mengatakan, kalau melakukan ihram haji melewati tempat yang telah ditentukan,
maka ia akan mendapatkan Dam (denda). Beliau memahami bahwa ihram adalah niat
masuk untuk melaksanakan ibadah haji dan dengan mengenakan kain ihram atau
pakaian untuk berhaji.
Saat
ditanya tentang Haji Tamattu’, beliau mengaku tidak mengetahuinya. Akan tetapi
sedikit gambaran, Haji Tamattu’ adalah mendahulukan umrah dari ibadah haji. yaitu memakai ihram dari miqat dengan niat umrah pada musim haji, setelah tahalul, memakai ihram lagi dengan niat haji pada hari Tarawiah (8 Zulhijjah). bagi yang melaksanakan haji Tamattu' diwajibkan membayar Dam. (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Haji_tamattu%27)
Baiklah teman-teman, mungkin hanya itu saja pengalaman singkat dari Pak H. Mahmud yang dapat saya sampaikan. InsyaAllah, di lain kesempatan saya akan membahas sedikit lebih dalam tentang pelaksanaan Haji dan Umrah serta hukum-hukum (fiqh) dalam pelaksanaannya.
Semoga dapat bermanfaat dan dapat menjadi gambaran untuk kita para calon jamaah Haji dan Umrah di masa yang akan datang. Akhirul Kalam.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.