Minggu, 16 September 2018

SENANG DAN HARU MENUJU TANAH SUCI

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Teman-teman kaum muslimin dan muslimah yang dirahmati oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pada kesempatan kali ini, saya akan menceritakan sedikit pengalaman seseorang yang telah menjalankan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah.
Seperti yang kita ketahui, menunaikan ibadah haji adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang beriman kepada Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya:

“Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.”
(QS. Ali Imran [3]: 97).

Adapula dinyatakan dalam hadits Nabi Muhammad Salallahu Alihi Wassalam, yang diriwayatkan dari Ibnu Umar:

“Saya mendengar Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam, bersabda: “Islam didirikan atas lima sendi yaitu mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Muhammad utusan Allah, mengerjakan salat, mengeluarkan zakat, mengunjungi Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).

Alquran, Assunnah, dan ijma’ para ulama menetapkan bahwa haji merupakan fardhu ‘ain bagi muslimin dan muslimah yang sanggup mengerjakannya. Maka, apabila kita sudah berkecukupan serta mampu melaksanakan Haji baik dari segi finansial, jasmani dan rohani. Sudah sepantasnya kita mengutamakan untuk menunaikan ibadah Haji. Bagi yang masih mengusahakannya, semoga diberi kemudahan oleh Allah. Amin Ya Rabbal Alamin.

Seperti yang sudah saya janjikan di awal, saya akan menyampaikan sedikit pengalaman dari seorang jamaah yang sudah menunaikan ibadah Haji. Beliau bernama H. Mahmud H. M Yusuf. Bertempat tinggal di Jl. Raya Wajok Hulu,  gang Parit Brahima. Beliau diberi kesempatan oleh Allah melaksanakan ibadah Haji pada tahun 2012.

Saat ditanya, bagaimana kesan dan perasaan beliau ketika melaksanakan ibadah haji? Beliau mengaku sangat senang. Terlebih saat melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah, melempar jumrah dan prosesi ibadah haji lainnya. “Sukelah sampai sana’ sampai gak cite-cite Datok, niat Datok. Alhamdulillah tadak saket, selalu sehat dan bise dapat (melaksanakan kegiatan) semuanye di sana’.” Ucapnya. Beliau juga merasa terharu dan sangat senang tatkaka dapat melihat Ka’bah dari dekat.

Secara finansial (keuangan), beliau dapat melaksanakan ibadah Haji ini karena mendapat hasil dari menjuat tanah warisan orangtuanya. Tidak hanya beliau, tetapi saudara saudari beliau pun dapat ikut bersama pergi ke Tanah Suci. Selain itu, keluarga yang ditinggalkan pun tidak berkekurangan dan semuanya dapat tercukupi untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Sebelum waktu keberangkatan Pak H. Mahmud melaksanakan ibadah Haji, beliau telah melakukan berbagai pelatihan manasik Haji di Masjid Nikmatullah, Mempawah. Selain itu, beliau juga belajar dan membaca buku-buku yang berkaitan tentang pelaksanaan ibadah haji. Dimana buku tersebut memang telah disediakan oleh Kemenag RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. 

Sebenarnya beliau masih belum terlalu memahami tentang prosesi pelaksanaan ibadah haji tersebut. Sebab kondisi beliau yang mendadak dalam berangkat dan melaksanakan haji. Setahun lebih setelah mengajukan Pak H. Mahmud sudah dipanggil untuk mengikuti pelaksanaan tersebut. Sehingga tidak terlalu banyak persiapan.

Sebab, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pak H. Mahmud pun melakukan ihram  haji ketika tiba di bandara Airport King Abdul Aziz (KAAIA) Jeddah. Akan tetapi, sebenarnya sebelum pesawat mendarat beliau beserta rombongan memang sudah disuruh untuk melakkukan ihran niat haji. Beliau mengatakan, kalau melakukan ihram haji melewati tempat yang telah ditentukan, maka ia akan mendapatkan Dam (denda). Beliau memahami bahwa ihram adalah niat masuk untuk melaksanakan ibadah haji dan dengan mengenakan kain ihram atau pakaian untuk berhaji.

Saat ditanya tentang Haji Tamattu’, beliau mengaku tidak mengetahuinya. Akan tetapi sedikit gambaran, Haji Tamattu’ adalah mendahulukan umrah dari ibadah haji. yaitu memakai ihram dari miqat dengan niat umrah pada musim haji, setelah tahalul, memakai ihram lagi dengan niat haji pada hari Tarawiah (8 Zulhijjah). bagi yang melaksanakan haji Tamattu' diwajibkan membayar Dam. (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Haji_tamattu%27)

Baiklah teman-teman, mungkin hanya itu saja pengalaman singkat dari Pak H. Mahmud yang dapat saya sampaikan. InsyaAllah, di lain kesempatan saya akan membahas sedikit lebih dalam tentang pelaksanaan Haji dan Umrah serta hukum-hukum (fiqh) dalam pelaksanaannya. 
Semoga dapat bermanfaat dan dapat menjadi gambaran untuk kita para calon jamaah Haji dan Umrah di masa yang akan datang. Akhirul Kalam.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.